BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perjalanan
dakwah Rasulullah saw. Dalam menyiarkan agama dan ajaran Islam dilalui dengan
proses yang begitu panjang dan berliku. Tentangan dan perlawanan dari kaum
kafir yang menyembah serta mengagungkan berhala sebagai sesepuh dan penerus
keyakinan nenek moyang tak dapat dihindari, cacian, makian, intervensi, dan
siksaan yang dilontarkan kaum kafir seakan menjadi menu harian bagi Rasululllah
saw.
Kerasnya
perlawanan kaum kafir makkah memaksa Rasulullah saw. untuk berhijrah,
bermigrasi ke negri lain yang lebih aman untuk menyelamatkan diri dan kaumnya
yang sudah memeluk Islam agar terhidar dari bahaya yang ditimbulkan kaum kafir
serta mencari tempat untuk membangun kekuatan, yang dikemudian hari menjadi
pendukung bagi syiar Islam dan tegaknya kalimat La Ilaha illallah Muhammad
rasulullah.
Hijrahnya
Rasulullah ke Madinah, beberapa peperangan yang terjadi antara kaum muslim
dengan kafirun, dan perjajian-perjajian diantara keduanya, serta peristiwa
penjatuhan kota Mekkah ke tangan kaum muslimin secara damai adalah merupakan
gamabaran kegigihan Rasulullah dalam mengislamkan kaumnya dan menebarkan rahmat
lil alamani.
Adalah Fathul
Makkah atau penahlukan kota Makkah ke tangan kaum muslimin sebagai tonggak awal
atau momentum kemenagan kaum Muslimin terhadap kafirun.
B. Rumusan Masalah
1. Hakikat Fathul Makkah ?
2. Arti kemenangan bagi kaum muslimin?
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A. Pengertian
Fathu dalam
bahasa arab dari madhi fatacha yang artinya membuka.
Mekkah adalah
kota suci umat Islam, selain kota kelahiran nabi Muhammad dikota ini terdapat
bangunan Ka’bah, tempat umat Islam sedunia melaksanakan ibadaha haji yang
merupakan rukun Islam yang ke lima. Secara astronomi terletak 39o-28o
BT dan 21o-27o LU dan diketinggian 330 meter diatas
permukaan laut
Fathu Makkah (bahasa Arab: فتح مكة,
Pembebasan Mekkah) merupakan peristiwa yang terjadi pada tahun 630 tepatnya pada tanggal 10
Ramadan 8 H, dimana Muhammad beserta 10.000 pasukan bergerak dari Madinah menuju Mekkah, dan kemudian menguasai Mekkah secara keseluruhan, sekaligus menghancurkan
berhala yang ditempatkan di dalam dan sekitar Ka'bah.
B. Terjadinya Penaklukan
1. Penyebab
Perjanjian Hudaibiyah membolehkan setiap kabilah Arab manapun untuk
menggabungkan diri ke dalam barisan Nabi saw. atau ke dalam barisan kaum kafir
Quraisy. Bani Bakar memilih menggabungkan diri ke dalam barisan kaum Quraisy,
sementara Bani Khuza’ah ke dalam barisan Rasulullah (Islam). Pada tahun 628, Quraisy dan Muslim dari Madinah menandatangani Perjanjian Hudaybiyah. Meskipun hubungan yang lebih baik terjadi antara Mekkah dan Madinah
setelah penandatanganan Perjanjian Hudaybiyah, 10 tahun gencatan senjata
dirusak oleh Quraisy dan sekutunya. Orang-orang dari Banu Bakar meminta bantuan
personil dan senjata kepada para pemimpin Quraisy guna menyerang orang-orang
Khuza‘ah. dimana Bani Khuza'ah telah bergabung ikut dengan Nabi Muhammad dan
sejumlah dari mereka telah memeluk islam (sesuai perjanjian Hudaibiyah),
sedangkan Bani Bakr bergabung dengan musyrikin Quraisy.
Permintaan bantuan ini disambut oleh Quraisy dengan mengirim sejumlah
militer Quraisy kepada mereka dengan cara menyamar. Di antara mereka terdapat
Shafwan bin Umayyah, Huwaithib bin Abdul Izzi dan Makraz bin Hafsh. Kemudian
mereka bertemu dengan Banu Bakar di sebuah tempat bernama al-Watir lalu
mengepung selama semalam Banu Khuza‘ah yang tengah tidur dengan tenang.
Akhirnya mereka membunuh 20 orang lelaki dari Khuza‘ah. Setelah peristiwa ini,
Amer bin Salim al-Khuza‘I bersama 40 orang dari Khuza‘ah berangkat dengan
menunggang kuda menemui Rasulullah saw guna melaporkan apa yang baru saja
terjadi. Setelah mendengarkan laporan tersebut, Nabi saw berdiri dengan
menyeret selendangnya seraya bersabda :
„Aku tidak akan ditolong jika aku tidak membantu Banu Ka‘ab sebagaimana aku menolong diriku sendiri.“
„Aku tidak akan ditolong jika aku tidak membantu Banu Ka‘ab sebagaimana aku menolong diriku sendiri.“
Ditegaskan pula : „Sesungguhnya awan mendung
ini akan dimulai hujannya dengan kemenangan Banu Ka‘ab“ Quraisy menyesali tindakannya kemudian mengutus Abu Sofyan kepada
Rasulullah saw guna meminta perpanjangan dan perbaruan "gencaran senjata“.
Abu Sofyan menemui dan berbicara dengan Rasulullah saw tetapi beliau tidak
menjawab sama sekali. Kemudian Abu Sofyan pergi menemui Abu Bakar meminta
bantuannya untuk membicarakan persoalan yang dibawanya kepada Rasulullah saw tetapi
Abu Bakar menjawab: “Aku tidak bisa melakukannya.“ Ia lalu pergi menemui Umar
bin Khattab untuk tujuan yang sama. Umar ra menjawab: “Apa? Aku harus
membantumu menghadapi Rasulullah saw? Demi Allah, sekiranya aku tahu engkau
berbuat kesalahan walaupun sebutir pasir, tentu engkau kuperangi.“. Abu Sufyan pun pulang dengan tangan kosong.
2. Penaklukan Kota Mekkah (Fat-Hu Makkah)
Rasulullah saw telah melakukan persiapan secara diam-diam seraya berdo‘a : „Ya Allah, tutuplah mata-mata Quraisy agar mereka tidak melihatku kecuali
secara tiba-tiba.“
Setelah Nabi saw mengumpulkan pasukan, Hatib bin Abi Balta‘ah mengirim
surat kepada Quraisy yang isinya memperingatkan mereka dari ancaman serangan
kaum Muslimin. Ali ra berkata: "Kemudian Rasulullah saw mengutusku bersama
Zubair dan Miqdad. Nabi saw berpesan: „Berangkatlah sampai kalian tiba di kebun
Khakh, karena di kebun itu ada seorang wanita yang sedang membawa surat.
Ambillah surat itu darinya!“ Ali ra melanjutkan: “Kemudian kami berangkat
dengan menunggang kuda dan setibanya di tempat itu kami jumpai serang perempuan
yang dimaksudkan oleh Nabi saw. Kami katakan kepadanya: “Keluarkanlah surat
yang kamu bawa.“ Wanita itu menjawab: “Aku tidak membawa surat.“ Akhirnya kami
tekan: “Keluarkan surat itu, kalau tidak engkau akan kami telanjangi“. Ali ra
berkata: "Kemudian wanita itu terpaksa mengeluarkan surat yang dibawanya
dari gelungannya. Kami kemudian segera pulang menyampaikan surat itu dari Hatib
bin Abi Balta‘ah kepada kaum Musyrikin yang mengabarkan sebagian rencana ynag
hendak dilakukan oleh Nabi saw, Hatib kemudian dipanggil dan ditanya oleh Nabi
saw: “Hai Hatib, apa maksud suratmu itu?“ Ia menjawab: “Wahai Rasulullah saw,
jangan buru-buru menghukum diriku. Aku mempunyai hubungan erat sekali dengan
Quraisy (yakni aku bagian dari mereka). Di antara orang-orang Muhajirin yang
bersama anda banyak yang mempunyai sanak famili di mekkah yang menjaga keluarga
harta benda mereka. Sekalipun orang-orang Quraisy itu tidak mempunyai hubungan
silsilah denganku, namun aku menginginkan supaya ada beberapa orang di antara
mereka yang mau menjaga kaum kerabatku. Aku berbuat demikian itu sama sekali
bukan karena aku telah murtad dan bukan pula karena aku ingin menjadi kafir,
setelah aku memeluk Islam.“ Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya dia
telah mengatakan yang sebenarnya kepada kalian“. Akan tetapi Umar ra berkata:
"Sesungguhnya dia pernah turut serta perang Badar! Apakah engkau tahu,
kalau-kalau Allah meninggikan martabat orang yang turut serta dalam perang Badar,
lalu Allah bertitah : berbuatlah sekehendak kalian, kalian kuampuni ….“
Sehubungan dengan peristiwa tersebut turunlah firman Allah : „Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan musuh-Ku dan
musuh kalian sebagai teman-teman setia yang kalian berikan
(keterangan-keterangan mengenai Muhammad) berdasarkan perasaan kasih sayang.
Sesungguhnya mereka itu mengingkari kebenaran yang datang pada kalian, dan
mereka telah mengusir Rasul serta kalian karena kalian beriman kepada Allah,
Rabb kalian. Jika kalian benar-benar hendak keluar berjuang di jalan-Ku
(janganlah kalian berbuat sedemikian itu). (Janganlah) kalian memberitahukan
secara rahasia (keterangan-keterangan tentang Muhammad) kepada mereka karena
kasih sayang. Aku Maha Mengetahui apa yang kalian sembunyikan dan apa yang
kalian nyatakan (secara terang-terangan). Dan barangsiapa di antara kalian
melakukannya, maka ia telah sesat dari jalan yang lurus.“ (QS Muhammad : 1 )
Rasulullah saw menunjuk Kaltsum bin Husain sebagai wakilnya di Madinah.
Beliau berangkat pada hari Rabu tanggal 10 Ramadhan setelah Ashar. Rasulullah
saw memberikan kepada orang-orang Arab di sekitar Madinah yang terdiri dari
suku : Aslam, Ghiffar, Mazinah, Jahinah dan di Zhahran tempat antara Mekkah dan
Madinah. Jumlah kaum Muslimin mencapai 10.000 orang.
Kendatipun orang-orang Quraisy belum mengetahui berita sama sekali tetapi
mereka sudah memperkirakan berdasarkan kegagalan misi Abu Sofyan, Hakim bin
Hazzam dan Badil bin Warqa‘ untuk mencari berita tentang sikap Rasulullah saw.
Mereka berangkat menjalankan misinya sampai ketika di dekat Zahran mereka
menyaksikan obor api yang sangat besar, seraya bertanya-tanya sesama mereka
tentang api besar tersebut. Ketiga orang ini diketahui oleh para pengawal
Rasulullah saw kemudian ditangkap dan dibawa menghadap kepada Rasulullah saw,
saat itulah Abu Sofyan menyatakan diri masuk Islam.
Ketika Rasulullah saw bergerak menuju Mekkah, beliau berkata kepada Abbas
ra: "Tahanlah Abu Sofyan di mulut lembah sampai ia menyaksikan
tentara-tentara Allah lewat di depannya.“ Abbas melanjutkan kisahnya: Kemudian
aku tahan Abu Sofyan di tempat yang diperintahkan oleh Rasulullah saw. Tak lama
kemudian pasukan Muslimin bergerak melewati jalan itu kabilah demi kabilah
dengan panjinya masing-masing. Setiap melihat kabilah lewat, Abu Sofyan
bertanya: "Hai Abbas, siapakah ini?“ Jawabku: “Kabilah Sulaim“. Ia
menyahut: “Ah, aku tidak punya urusan dengan kabilah Sulaim!“… Begitulah
seterusnya sampai Rasulullah saw lewat di tengah-tengah pasukan yang terdiri
dari kaum Muhajirin dan Anshar. Ia menatap satu persatu dengan penuh kekaguman.
Ia bertanya: “Subhanallah, hai Abbas, siapakah mereka itu?“ Kujawab:
"Itulah Rasulullah saw di tengah-tengah kaum Muhajirn dan Anshar….!“ Ia
berkata: "Tak ada orang dan kekuatan yang sanggup menandingi mereka! Demi
Allah, hai Abu Fadhal, kemenakanku kelak akan menjadi maharaja besar…:“ Aku
menjawab: “Hai Abu Sofyan, itu bukan kerajaan, melainkan kenabian.“ Ia
menyahut: “Kalau begitu, alangkah mulianya.“
Selanjutnya Abbas ra berkata kepadanya :“Selamatkanlah kaummu!“ Kemudian
Abu Sofyan segera pergi ke Mekkah sebelum Rasulullah saw memasukinya. Dengan
suara keras Abu Sofyan berteriak :“Wahai orang-orang Quraisy, Muhammad datang
kepada kalian membawa pasukan yang tak mungkin dapat kalian atasi. Karena itu,
barangsiapa yang masuk rumah Abu Sofyan ia selamat.“ Ketika mendengar ucapan
Abu Sofyan seperti itu, istrinya yang bernama Hindun binti 'Utbah mendatanginya
lalu memegang kumisnya seraya berkata: “Bunuhlah Al Humait Ad Dasam Al Ahmas!
Alangkah buruknya perbuatanmu sebagai pemimpin!“
Abu Sofyan menegaskan lagi: “Celakalah kalian kalau bertindak menuruti hawa
nafsu. Muhammad datang membawa pasukan yang tak mungkin dapat kalian tandingi!
Barangsiapa yang masuk rumah Abu Sofyan ia selamat.“
Orang-orang Quraisy mencemoohkan teriakannya: “Celakalah engkau, hai Abu
Sofyan! Apakah gunanya rumahmu bagi kami?“
Abu Sofyan menyahut: “Barangsiapa menutup pintu rumahnya ia selamat! Dan
barangsiapa yang masuk ke dalam masjidil Haram ia selamat.“
Orang-orang Quraisy kemudian berpencaran, sebagian pulang ke rumah
masing-masing dan sebagian lainnya pergi ke Masjidil Haram.
Ibnu Ishaq merawikan dari Abdullah bin Abu Bakar ra dan Al Hakim dari Anas
ra, bahwa Rasulullah saw ketika sampai di Dzi Thua beliau berada di atas
untanya, mengenakan sorban berwarna hijau tua dan menundukkan kepada dengan
sersikap tawadhu‘ kepada Allah, demi melihat kemenangan (fat-h) yang
dikaruniakan Allah kepadanya. Beliau duduk membongkok sampai janggut beliau
hampir menyentuh punggung ontanya. Bukhari meriwayatkan dari
Mu‘awiya bin Qurah ra, ia berkata: “Aku pernah mendengar Abdullah bin Mughaffal
berkata: Aku melihat Rasulullah saw pada waktu fat-hu Makkah berada di atas
untanya, seraya membaca surat Al-Fath berulang-ulang dengan bacaan yang merdu
sekali. Sabda beliau: Seandainya orang-orang tidak berkerumun di sekitarku
niscaya aku akan membacanya berulang-ulang."
Nabi saw memasuki Mekkah langsung menuju Ka‘bah. Di sekitar Ka‘bah masih
terdapat 360 berhala. Kemudian Nabi saw menghancurkannya satu persatu dengan
sebuah pentungan di tangannya seraya mengucapkan: “Kebenaran telah tiba dan
lenyaplah kebathilan. Kebenaran telah tiba dan kebathilan tak akan kembali
lagi.“ Di dalam Ka‘bah juga terdapat beberapa berhala sehingga Nabi saw enggan
memasukinya sebelum berhala-berhala itu dihancurkan. Kemudian berhala-berhala
itu dikeluarkan. Di antaranya terdapat patung Ibrahim dan Isma‘il di kedua
tangannya memegang Azlam (anak panah untuk berjudi). Sabda Nabi saw: “Celakalah
mereka, sesungguhnya mereka tahu bahwa keduanya (Ibrahim dan Ismail as) tidak
pernah berjudi sama sekali.“ Setelah itu Nabi saw masuk ke dalam Ka‘bah dan
bertakbir di sudut-sudut Ka‘bah kemudian keluar dan tidak melakukan shalat di
dalamnya.
Nabi saw memerintahkan Ustman bin Thalhah (termasuk pemegang kunci Ka‘bah)
agar memberikan kunci kepada beliau. Dengan kunci tersebut Nabi saw membuka
Ka‘bah kemudian masuk ke dalamnya. Setelah keluar Nabi saw memanggil Ustman bin
Thalhah dan mengembalikan kunci itu kepadanya seraya berkata: “Terimalah kunci
ini untuk selamanya. Sebenarnya bukan aku yang menyerahkannya kepada kalian,
tetapi Allah yang menyerahkannya kepada kalian. Sesungguhnya tidak seorang pun
akan mencabutnya (hak memegang kunci Ka‘bah) kecuali seorang yang zhalim.“
Dengan ucapan ini beliau mengisyaratkan kepada firman Allah: “Sesungguhnya
Allah memerintahkan kalian agar menyampaikan amanat-amanat itu kepada para
ahlinya.“
Rasulullah saw juga memerintahkan Bilal naik ke atas Ka‘bah mengumandangkan
adzan shalat. Kemudian orang-orang berduyun-duyun masuk ke dalam agama Allah.
Ibnu Ishaq berkata: Setelah orang-orang berkumpul di sekitarnya, Nabi saw
sambil memegang kedua penyanggah pintu Ka‘bah mengucapkan khutbahnya kepada
mereka : "Tiada Ilah kecuali Allah semata. Tiada sekutu bagi-Nya. Dialah
(Allah) yang telah menepati janji-Nya, memenangkan hamba-Nya (Muhammad) dan
mengalahkan musuh-musuh sendirian. Sesungguhnya segala macam balas dendam,
harta dan darah semuanya berada di bawah kedua kakiku ini, kecuali penjaga Ka‘bah
dan pemberi air minum kepada jama‘ah haji. Wahai kaum Quraisy! Sesungguhnya
Allah telah mencabut dari kalian kesombongan jahiliyah dan mengagungkannya
dengan keturunan. Semua orang berasal dari Adam dan Adam itu berasal dari
tanah.“ Kemudian Nabi saw
membacakan ayat : "Hai manusia
sekalian! Sesungguhnya Kami (Allah) telah menjadikan kamu sekalian dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan. Dan Kami jadikan kamu beberapa bangsa dan
suku, agar kamu saling mengenal antara satu dengan yang lain. Sesungguhnya yang
paling mulia diantara kamu dalam pandangan Allah adalah yang paling bertaqwa.
Sesungguhnya Allah itu Maha Tahu dan Maha Mengerti.“ (QS Al-.Hujurat : 13).
Selanjutnya Nabi saw bertanya : "Wahai kaum Quraisy!
Menurut pendapat kalian, tindakan apakah yang hendak kuambil terhadap kalian?“ Jawab mereka : "Tentu yang
baik-baik! Hai saudara yang mulia dan putra saudara yang mulia.“ Beliau lalu berkata : "Pergilah kalian
semua! Kalian semua bebas.“ Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Syuraih
al-Adwi bahwa Nabi saw bersabda di dalam khutbahnya pada waktu fat-hu Makkah:
"Sesungguhnya Mekkah telah diharamkan oleh Allah, bukan manusia yang
mengharamkannya, tidak boleh bagi seorang yang beriman kepada Allah dan hari
akhir menumpahkan darah dan mencabut pohon di Mekkah. Seandainya ada orang yang
berdalih bahwa Rasulullah saw pernah melakukan peperangan di mekkah, maka
katakanlah kepadanya: “Sesungguhnya Allah mengijinkan bagi Rasul-Nya tetapi
tidak mengijinkan kepadanya (Nabi saw) hanya sebentar. Sekarang "keharaman“
telah kembali lagi sebagaimana sebelumnya. Hendaklah yang menyaksikan
menyampaikan kepada yang tidak hadir.“
Kemudian orang-orang berkumpul di Mekkah guna berbai‘at kepada Rasulullah
saw untuk senantiasa mendengar dan ta‘at kepada Allah dan Rasul-Nya. Setelah
membai‘at kaum lelaki, Rasulullah saw membai‘at kaum wanita. Maka berkumpullah
para wanita Quraisy di hadapan Nabi saw. Di antara mereka terdapat Hindun binti
‘Utbah yang ikut hadir dengan menyamar karena mengingat kekejamannya yang pernah
dilakukannya terhadap Hamzah ra (di perang Uhud). Setelah mereka mendekat untuk
menyatakan bai‘at, Rasulullah saw bersabda: “Hendaklah kalian berbai‘at
kepadaku untuk tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun.“ Hindun binti
‚Utbah berkata: “Demi Allah, engkau ambil bai‘at dari kami yang tidak engkau
ambil dari kaum lelaki tetapi kami akan memberikannya kepadamu.“ Lanjut Nabi
saw: “Dan tidak akan mencuri.“ Hindun menyergah lagi: “Demi Allah, aku dulu
sering mengambil uangnya Abu Sofyan. Aku tidak tahu apakah hal itu dihalalkan
atau tidak?“ Jawab Abu Sofyan yang saat itu hadir di majelis itu: “Aku halalkan
semua hartaku yang pernah kau ambil.“ Nabi saw bertanya: "Apakah engkau
Hindun binti 'Utbah.“ Kata Nabi saw kepada Abu Sofyan: “Ma‘afkan ia atas perbuatannya
yang telah lalu, semoga Allah mema‘afkanmu.“ Selanjutnya Nabi saw menyatakan:
“Dan kalian tidak akan berzina.“ Hindun berkomentar: “Wahai Rasulullah adakah
seorang yang merdeka akan berzina ?“ Kemudian Nabi saw melanjutkan: “Dan kalian
tidak akan membunuh anak-anak kalian.“. Hindun menukas: “Kami pelihara
putra-putri kami di waktu kecil tetapi setelah besar engkau bunuh di Badr, dan
kamu mengetahui mereka.“ Umar ra yang juga ikut hadir di Majelis ini tersenyum
mendengar ucapan Hindun tersebut. Nabi saw melanjutkan: “Dan kalian tidak
berbohong untuk menutup-nutupi apa yang ada di depan atau di belakang kalian:“
Hindun berkata: “Demi Allah berbohong adalah perbuatan yang sangat buruk dan
melebihi batas itu serupa.“ Kemudian Rasulullah saw berkata kepada Umar ra:
“Bai‘atlah mereka (wanita-wanita yang telah dimintakan amnesti kepada
Rasulullah saw).“ Lalu Umar ra pun membai‘at mereka.
Dalam pembai‘atan Rasulullah saw tida berjabatan tangan ataupun menyentuh
wanita, kecuali wanita yang telah dihalalkan Allah kepadanya.
Bukhari meriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata: Adalah Nabi saw membai‘at
kaum wanita secara lisan (saja) dengan ayat ini: “Tidak menyekutukan Allah
dengan sesuatu apapun.“ Selanjutnya Aisyah ra menjelaskan: “Tangan Rasulullah
saw tidak menyentuh tangan wanita sama sekali kecuali wanita yang telah halal
baginya.“ Muslim meriwayatkan hadits yang serupa dengan ini dari Aisyah ra. Pada hari Fat-hu Mekkah ini Ummu Hani‘ binti Abu Thalib memberikan jaminan
perlindungan kepada seorang Musyrik tetapi Ali ra, bersikeras ingin
membunuhnya. Ummu Hani‘ berkata : Kemudian aku datang kepada Nabi saw. Ketika
aku datang, beliau sedang mandi dan Fathimah, anak beliau, menutupinya dengan
kain. Kemudian aku ucapkan salam kepada beliau. Beliau bertanya: "Siapakah
ini?“ Kujawab: “Ummu Hani‘ binti Abu Thalib.“ Nabi saw menyambut: "Selamat
datang Ummu Hani‘.“ Setelah selesai mandi, beliau lalu shalat delapan rakaat
dengan berbungkus satu kain kemudian meninggalkan tempatnya. Kutanyakan:
"Wahai Rasulullah saw, anak ibuku, Ali ra, bersikeras ingin membunuh
seorang yang telah kujamin keamanannya (lelaki itu adalah Ibnu Hubairah)."
Kemudian Nabi saw bersabda: “Kami telah melindungi orang yang engkau lindungi
wahai Ummu Hani‘.“
Adapun orang-orang yang telah diperintahkan Rasulullah saw untuk membunuhnya, diantara mereka ada yang telah dibunuh dan sebagian yang lain telah masuk Islam. Huwairits, Abdullah Ibnu Khathal dan Muqis bin Hubabah tewas dibunuh. Demikian pula salah seorang diantara dua orang penyanyi wanita, sedangkan wanita penyanyi yang satu telah masuk Islam. Kepada Abdullah bin Sa‘ad bin Abu Sarah telah diberi syafa‘at (ampunan) dan telah membuktikan dirinya sebagai seorang Muslim yang baik. Demikian pula kepada Ikrimah, Hubar dan Hindun binti ‚Utbah.
Adapun orang-orang yang telah diperintahkan Rasulullah saw untuk membunuhnya, diantara mereka ada yang telah dibunuh dan sebagian yang lain telah masuk Islam. Huwairits, Abdullah Ibnu Khathal dan Muqis bin Hubabah tewas dibunuh. Demikian pula salah seorang diantara dua orang penyanyi wanita, sedangkan wanita penyanyi yang satu telah masuk Islam. Kepada Abdullah bin Sa‘ad bin Abu Sarah telah diberi syafa‘at (ampunan) dan telah membuktikan dirinya sebagai seorang Muslim yang baik. Demikian pula kepada Ikrimah, Hubar dan Hindun binti ‚Utbah.
Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa Fadhalah bin Umair al-Laitsi bermaksud ingin
membunuh Nabi saw pada saat beliau sedang thawaf di Ka‘bah di hari Fat-hu
Makkah. Ketika Fadhalah mendekat tiba-tiba Rasulullah saw mengatakan: “Apakah
ini Fadhalah?“ Ia menjawab: “Ya, saya Fadhalah wahai Rasulullah saw.“ Nabi saw
bertanya: “Apa yang sedangkau pikirkan?“ Ia menjawab: “Tidak memikirkan
apa-apa, aku sedang teringat Allah kok.“ Sambil tersenyum Rasulullah saw
berkata: “Mohonlah ampun kepada Allah …“ Kemudian Nabi saw meletakkan tangannya
di atas dadanya sehingga hatinya menjadi tenang. Fadhalah berkata: “Begitu
beliau melepaskan tangan dari dadaku, aku merasa tak seorang pun yang lebih aku
cintai daripada beliau.“
Kemudian Fadhalah kembali ke rumahnya melewati seorang ynag pernah
dicintainya. Wanita itu memanggil dan mengajaknya bicara, tetapi kemudian dari
mulut Fadhalah keluar untaian bait-bait ini :
Dia Berkata : Marilah kita ngobrol! Tidak, jawabku. Allah dan Islam telah melarangku Aku baru saja melihat
Muhammad Di hari penaklukan, hari
dihancurkannya semua berhala Agama Islam itu sangat
jelas dan nyata Sedang kemusyrikan adalah
kegelapan.
Menurut riwayat Bukhari dari Ibnu Abbas, Nabi saw berada di Mekkah selama
19 hari dengan menqashar shalat.
Dari Al-Hajun Nabi Muhammad memasuki Mesjid Al-Haram dengan dikelilingi
kaum Muhajirin dan Anshar. Setelah thawaf mengelilingi Ka'bah, Nabi Muhammad
mulai menghancurkan berhala dan membersihkan Ka'bah. Dan selesailah pembebasan
Mekkah.
3. Pertumpahan darah
Disampaikan kepada Rasulullah saw bahwa ketika Sa‘ad bin 'Ubadah melewati
Abu Sofyan di mulut lembah, ia berkata : Hari ini adalah hari pembantaian. Hari
ini dibolehkan melakukan segala hal yang dilarang di Ka‘bah.“ Kemudian Nabi saw membantah dengan sabdanya : "Bahkan hari ini adalah hari kasih sayang, di hari ini Allah
mengagungkan Ka‘bah“. Nabi saw memerintahkan
para panglima pasukannya agar tidak memerangi kecuali orang yang memerangi
mereka dan enam orang lelaki serta empat wanita. Nabi saw memerintahkan
membunuh mereka dimana saja mereka didapatkan. Mereka itu adalah : Ikrimah bin
Abu Jahal, habbar bin Al Aswad, Abdullah bin Sa‘ad bin Abu Sarah, Muqis bin
Dhababah al Laitsi, huwairits bin Nuqaid, Abdullah bin Hilal, Hindun binti
'Utbah, Sarah mantan budak Amer bin Hisyam, Fartanai dan Qarinah (kedua wanita
terakhir ini di masa dahulu selalu menyanyikan lagu-lagu penghinaan kepada Nabi
saw).
Nabi saw memasuki Mekkah dari dataran tinggi "Kida“ dan memerintahkan
Khalid bin Walid bersama pasukannya agar memasuki Mekkah dari dataran rendah
"Kida“. Akhirnya kaum Muslimin memasuki Mekkah sebagaimana diperintahkan
Nabi saw tanpa mendapatkan perlawanan kecuali Khalid bin Walid. Ia menghadapi
sejumlah kaum Musyrikin yang di antara mereka terdapat Ikrimah bin Abu Jahal
dan Shofwan bin Umaiyah. Khalid memerangi mereka dan berhasil membunuh 24 orang
dari Quraisy dan 4 orang dari Hudzail. Rasulullah saw melihat kilatan pedang
dari kejauhan kemudian nampak beliau tidak menyukainya. Dikatakan kepadanya
bahwa kilatan itu adalah Khalid bin Walid yang diserang kemudian membalas
serangan, sabda Nabi saw: "Ketentuan Allah selalu baik.“
4. Pemimpin pasukan
Ketika sampai di Dzu Thuwa, Nabi Muhammad membagi pasukannya, yang terdiri
dari tiga bagian, masing-masing adalah:
- Khalid bin Walid memimpin pasukan untuk memasuki Mekkah dari bagian bawah,
- Zubair bin Awwam memimpin pasukan memasuki Mekkah bagian atas dari bukit Kada', dan menegakkan bendera di Al-Hajun,
- Abu Ubaidah bin al-Jarrah memimpin pasukan dari tengah-tengah lembah hingga sampai ke Mekkah.
5. Islamnya Abu Sofyan
Ibnu Ishaq berkata diriwayatkan dari Abbas tentang rincian Islamnya Abu
Sofyan menghadap : Keesokkan harinya aku bawa Abu Sofyan menghadap Rasulullah
saw dan setelah melihatnya Rasulullah saw berkata: “Celaka wahai Abu Sofyan,
tidakkah tiba saatnya bagi anda untuk mengetahui sesungguhnya tidak ada Illah
kecuali Allah?“ Abu Sofyan menyahut: “Alangkah penyantunnya engkau, alangkah
mulianya engkau dan alangkah baiknya engkau! Demi Allah aku telah yakin
seandainya ada Ilah selain Allah niscaya dia telah membelaku.“ Nabi saw
bertanya lagi: “Tidakkah tiba saatnya bagi anda untuk mengetahui bahwa aku
adalah Rasul Allah?“ Abu Sofyan menjawab: “Sungguh engkau sangat penyantun,
pemurah, dan suka menyambung keluarga. Demi Allah, mengetahi hal yang satu ini
sampai sekarang di dalam diriku masih ada sesuatu yang mengganjal.“ Abbas ra
menukas: "Celaka! Masuk Islamlah dan bersaksilah tiada Ilah kecuali Allah
dan Muhammad adalah Rasul Allah, sebelum lehermu dipenggal.“ Kemudian Abu
Sofyan mengucapkan syahadah dengan benar dan masuk Islam.
Abbas ra melanjutkan: "Kemudian aku katakan, wahai Rasulullah saw,
sesungguhnya Abu Sofyan adalah seorang yang menyukai kebanggaan dirinya.“ Nabi
saw menjawab: “Ya, barangsiapa yang masuk rumah Abu Sofyan, ia selamat,
barangsiapa yang menutup pintu rumahnya ia selamat, dan barangsiapa yang masuk
ke dalam Masjidil Haram ia selamat.“
BAB III
ANALISA
Melihat dari penyebab terjadinya Fathul Mekkah, hal ini terjadi akibat terjadinya
penghianatan terhadap perjanjian Hudaibiyah yang telah disepakati oleh semua
pihak baik muslim dan non-muslim, bukan karena ekspansi militer dan nafsu
Rasulullah yang ingin menuntut balas atas kekejaman yang dilakukan kafir baik
kepada Rasulullah ataupun kepada orang-orang yang menjadi pengikutnya. Dalam
peristiwa ini Rasulullah saw pun memperlihatkan kerahmatan Islam dimana
meskipun sebenarnya memungkinkan sekali terjadi pembataian dilakukan akan
tetapi hal itu tidak dilakukan, kemenangan dalam fathul Mekkah dengan cara
begitu damai, takluknya para kafirun pun karena simpati terhadap sifat belas
asih, dan kasih sayang yang ditunjukkan kepada musuh-musuhnya, sama sekali
tidak ada kebencian yang ditunjukkan kepada mereka yang dahulu bengitu ganas menyiksa
Rasulullah dan kaum muhajirin sewaktu masih di Mekkah.
Sejak saat itu
Islam benar-benar merasakan kemenangan yang sejati. Kaum muslimin begitu
leluasa menjalankan ibadah disekitar Baitul Haram, melaksanakan ibadah haji,
shalat berjamaah, hubungan silaturrahmipun terjalin begitu erat tidak ada lagi
kecemasan dan kekhawatiran dikalangan mereka. Dakwah Islampun mulai secara
terbuka dilingkungan Mekkah yang kemudian menjadi pusat kajian Islam. Baitul
Haram benar-benar telah haram (suci) karena sudah tidak ada lagi patung-patung
berhala yang selama ini menjadi sesembahan dan sumber kekafiran.
Kaum muslimin
merayakan kemeredekaannya, kemerdekaan secara lahiriyah dari ancaman peperangan
dan siksaan, dan kemenagan secara batiniyah diterima dan diyakininya Islam oleh
para musuh mereka sebagai agama yang benar dan ampunan Allah yang dilimpahkan
kepada mereka semua yang telah diberi hidayah.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari terjadinya Fathul Mekkah kaum muslimin
bisa mengambil beberapa ibrah (pelajaran), bahwa Islam adalah rahmatan
lil alamin, Islam membolehkan perang angkat senjata melawan orang kafir yang
memang memusuhi secara nyata (harby), Islam yang menebar perdamaian akan lebih
mudah diterima karena mendapat simpati, dalam melakukan perjanjian apapun
hendaknya supaya kaum muslim amanah da tidak melanggar dari perjanjian
tersebut, kemengan pada fathul mekkah adalah bukti kebenaran Islam dan juga
janji Allah SWT.
B. Penutup
Demikianlah sedikit dari pemaparan kami terhadap momentum fathul
mekkah dan makna kemenangan bagi kaum muslimin. Semoga dari sini dapat diambil sebuah manfaat yang mengantarkan kepada
kebaikan.
BalasHapusNikmati Bonus-Bonus Menarik Yang Bisa Anda Dapatkan Di Situs Kami LegendaPelangi.com
Situs Resmi, Aman Dan Terpercaya ^^
Kami Hadirkan 7 Permainan 100% FairPlay :
- Domino99
- BandarQ
- Poker
- AduQ
- Capsa Susun
- Bandar Poker
- Sakong Online
Fasilitas BANK yang di sediakan :
- BCA
- Mandiri
- BNI
- BRI
- Danamon
Ayo buktikan sendiri dan menangkan jutaan rupiah
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami
-BBM : 2AE190C9
-Loginsite : Legendapelangi.com