Seorang psikolog analis asal Inggris bernama Elizabeth Gray mengatakan kendati aplikasi-aplikasi ini terbukti lebih efektif mengatasi stres bila dibandingkan dengan terapi tradisional, namun ia tak sepakat jika cara ini dianggap mampu menggantikan terapi biasa.
"Tanpa terapi, saya kira gangguan kecemasan takkan bisa disembuhkan," ungkap Gray seperti dikutip dari BBC, Jumat (2/5/2014).
Gray menambahkan ini karena fobia hanya dapat diatasi dengan mengidentifikasi dan menganalisis penyebab utamanya. Dan cara ini hanya bisa dilakukan oleh seorang terapis yang terlatih dan berpengalaman.
"Terapi itu identik dengan hubungan antarmanusia. Sedangkan aplikasi tidak bisa menggantikan hal ini," tegasnya.
Kendati begitu, sebagian psikolog percaya kedekatan antara masyarakat modern dengan gadgetnya justru berpotensi mencegah datangnya gejala stres atau fobia pada si pengguna.
Psikolog Dr Phil Topham dari University of Western England mengamini hal ini. Ia dan timnya sendiri telah mengembangkan sebuah aplikasi 'manajemen kecemasan mandiri' yang diberi nama Sam.Aplikasi tersebut diklaim dapat memberikan sejumlah saran agar pengguna dapat mengatasi kecemasan yang dialaminya secara mandiri; memudahkan pengguna untuk menampilkan kondisi mental dan fisiknya di layar gadget mereka; dan Sam juga dilengkapi fitur untuk berbagi pengalaman dengan orang lain tanpa pengguna perlu takut akan ketahuan identitasnya.
"Saking dekatnya dengan gadget, maka si penderita jauh lebih percaya pada gadget ketimbang harus berbagi dengan keluarga atau teman-teman sebayanya," jelas Dr Topham.
Lagipula menurut Dr Topham, banyak orang yang malu ketika ketahuan mudah cemas atau mengidap gangguan kecemasan, terutama bila mereka kurang mampu mengelolanya dengan baik.
"(Sedangkan) perangkat mobile adalah perangkat yang sangat personal. Sehingga kecemasan yang Anda rasakan takkan ketahuan orang lain," imbuhnya.
0 komentar:
Posting Komentar